Sunday, July 31, 2011

Tinjauan Seorang Amatir: Film Harry Potter & the Deathly Hallows Bagian ke-2

The Elder Wand
Bukan cerita baru kalau saya memang tidak terlalu menyukai film-film Harry Potter. Bukan kenapa-napa, hanya saja, menurut saya yang sangat menyukai novel karangan Madam Rowling ini, sulit sekali membuat film berimajinasi tinggi. Yah, berhubung saya cuma seorang penonton, lebih tepatnya penonton yang sulit dipuaskan... (oowwhh!), saya cuma bisa bercuap-cuap di blog memberi "kritikan" mengenai film terakhir dari kisah Harry Potter. 


Sebelumnya, kita bisa kembali ke tinjauan film bagian pertama dari HP & the Deathly Hallows. Pada tinjauan pertama, yang saya tulis dalam bahasa Inggris (kebanyakan), saya bisa memberikan nilai E! Hei, bukan E seperti kalian para muggle bayangkan! Tapi E dalam standar O.W.L! Yep, Exceed Expectation! Kenapa demikian? Baca saja postingan saya... hehehehe... Intinya, film itu setidaknya membuat saya sedikit memuji. 


Seperti yang kalian para muggle tahu, bahwa di negara kita, pernah terjadi "isu meresahkan" mengenai film Hollywood. Saya sempat berniat pergi ke negeri singa demi menonton film ini. Untungnya saya tidak punya uang, jadi saya batalkan! Kalau tidak, saya nggak bakal menontonnya di negeri ini! #inipentingkarena
Lalu, saat "semuanya baik-baik saja" saya mendapat tawaran untuk menonton film ini dari teman saya, Mbak Lucky, yang memang seorang baik hati yang rela meluangkan waktunya untuk memesankan tiket. Saya dan teman saya Icha, yang juga gemar menulis tinjauan film, tentunya sangat senang mendengar hal ini. Adiknya teman saya, sebut saja namanya Dilla, karena memang itu namanya, pun ingin menonton. Jadilah saya memesan 3 tiket pada Mbak Lucky nan baik hati. 


Hari yang dinanti tiba, kami pun tiba di tempat pemutaran film. Meski ada beberapa kejadian yang sebenarnya ingin saya ceritakan, saya putuskan untuk menyimpannya saja. Kami masuk ke studio blitzmegaplex dan menikmati trailer film-film yang akan datang. Daaannnn... mulailah film tersebut. Awalnya, saya sempat terkejut melihat makam Dobby. Kenapa? Di film bagian pertama, tidak ada tulisan "Here lies Dobby, a free elf" dan saya kesal bukan main sampai-sampai saya tulis di postingan tinjauan film saya. Entah karena David Yates membaca postingan saya #sumpelogeeramat atau memang karena beberapa kru sadar ada yang kurang pada properti mereka #inilebihmasukakal, sehingga tulisan itu terpatri di makam Dobby...


Kreacher: Peri rumah yang tertukar...
Duh...........
Sayang beribu sayang, adegan yang saya harapkan di film ini adalah "Battle of Hogwarts" yang saya asumsikan akan sangat keren! Yah, lagi-lagi David Yates gagal, untuk ukuran saya. Sama gagalnya ketika dia membuat "kekacauan" di Hogwarts saat Fred dan George meninggalkan sekolah di HP #5. Saya pikir adegan pertempuran itu akan sama menegangkan dan membuat bulu kuduk merinding seperti saat menonton the Lord of the Rings: the Return of the King! 
Saya teringat bagian di buku ketika Kreacher si peri rumah memimpin pasukan peri rumah sambil berseru: "Fight, fight for my master, the defender of the house-elves! Fight the Dark Lord, in the name of brave Regulus! Fight!" (saya belum baca terjemahan Indonesianya, jadi saya tulis bahasa Inggrisnya) Waktu baca bukunya, rasanya saya bisa merasakan semangat Kreacher yang langsung saya visualisasikan, seperti dalam film TLOTR. Memang bukan hal mudah untuk membuat novel ke dalam gambar, tapi menurut saya, Yates melakukan kesalahan fatal. Esensi pertempuran Hogwarts hilang, setidaknya bagi saya. 


Gandalf
Bicara tentang TLOTR, saat Harry "bertemu" dengan Dumbledore sesaat setelah Voldemort "membunuh" Harry, saya juga jadi teringat pada Gandalf. Kenapa? Mungkin karena mereka sama-sama terlihat bijak dan berpengalaman... Nggak tahu kenapa, saat saya melihat Dumbledore, Gandalf-lah yang ada di benak saya.


Oh ya, ada satu hal lagi yang "mengganggu" saya. Saat Harry, Hermione dan Ron menjatuhkan diri dari naga yang terbang, mereka tercebur ke danau (atau sungai) di mana mereka akhirnya menepi. Nah, di situ, Harry menyebut Voldemort sebagai "You-Know-Who", padahal Harry tidak pernah menyebut Voldemort demikian, apalagi di depan kedua sahabatnya.



Karakter rahasia Madam Rowling
Saya juga heran, kenapa perasaan saya tidak teraduk-aduk sedemikian hebatnya ketika Harry mengetahui kebenaran tentang Snape? Ketika saya baca bukunya, rasanya saya sampai tidak tahu harus bereaksi apa. Benar-banar hebat karya Madam Rowling ini! 


Albus Severus Potter
Tidak semua tentang film ini jelek. Saya bisa dibilang cukup senang dengan aktor-aktor yang memerankan Lily kecil, Snape kecil dan Albus Severus Potter. Albus Severus terlihat bingung dan khawatir sehingga cukup meyakinkan bahwa mungkin dia mengalami krisis percaya diri. Yah, seperti yang kalian para muggle tahu (atau tidak) bahwa Albus Severus atau bahkan banyak penyihir yang menganggap bahwa Slytherin adalah asrama yang buruk. Eh, jadi apa bagusnya ya film ini? Sebaiknya memang kalian menyaksikannya sendiri...


Saya beri nilai A untuk film ini. A! Acceptable! Untuk setidaknya berusaha semaksimal mungkin menuangkan tinta Madam Rowling ke dalam gulungan film.  


Harry Potter, kisahmu akan dirindukan...






Tinjauan ini dibuat oleh seorang amatir yang nyinyir dan suka nyengir, kalo nggak suka silakan minggir dan menyingkir! Kalau suka, kapan-kapan boleh mampir!!!






Lou

1 comment: