Saturday, October 8, 2011

Cuap-cuap: Obrolan Tentang Pria

Begitu baca judulnya, mungkin yang terlintas di benak kalian adalah curhatan gw tentang pria idaman gw. Atau tentang sang gebetan, si doi, atau siapa pun yang kalian sangka akan gw bahas. Sebenernya, ini cuma rangkuman dari obrolan antara gw, dua orang teman wanita yang sudah menikah, dan seorang teman lelaki yang sudah menikah. Lantas, apakah dengan membaca tulisan gw, kalian yang belum ahli mengenai urusan PRIA akan menjadi ahli? Atau mungkin kalian yang sudah ahli dan paham mengenai LELAKI akan menertawakan gw? Yah, apapun reaksi kalian nanti, ini adalah sepenggal cuap-cuap tak berazas apapun mengenai COWOK yang terjadi Kamis, 6 Oktober 2011 lalu.


Oh ya, maaf juga nih, kalau ada yang tersinggung. Itu sih situ aje yang sensitippp!!!! 


Kamis menjelang siang, kami yang sudah selesai dengan tugas menunggu waktu makan siang. Nggak tau gimana, di ruang itu adalah gw, Inang (salah satu tetua), Eva, dan Pak Fajar (tetua juga, hehehehehe). Obrolan kami juga nggak jelas mulainya dari mana. Tapi yang jelas, tiba-tiba mengarah ke perbedaan lelaki dan perempuan. Mulailah si Inang yang memberi gw petuah.


Inang: Entar kalo lo merid, jangan lupa kalo beli rumah atau apapun atas nama lo.
Gw: Kenapa gitu, Nang?
Eva: Eh iya tau, gw aja gitu. (lalu mulailah perbincangan itu...)
Inang: Ini rahasia para wanita ya. Eh ada si Fajar! (padahal emang dari tadi dia ngejogrok di situ)
Fajar: Udah nggak pa-pa, terusin. Kalian ini emang ya para wanita, licik. Kami para pria selalu lurus!
Inang & Eva: Ya iya lahhhh lurus, kalo nggak lurus nggak enak lah (kode! kode! kode!) >>>> kalo nggak ngerti, tanya ama yang ngerti yah, males gw jelasinnya.
Fajar: Bukan lurus itu yang saya maksud....
Gw: Terus lurus apa? (sementara Inang dan Eva masih cekakak cekikik)
Fajar: Pria itu selalu punya tujuan. Dan untuk mencapai tujuan itu, dia nggak akan ngeliat apapun. Dia fokus pada tujuannya. (tangannya kayak petugas kabin lagi nujukin pintu darurat)
Gw, Inang dan Eva bengong dan nunggu penjelasan selanjutnya
Fajar: Jadi, pria itu kalau sudah menikah, dia akan berusaha semampunya untuk mencari uang demi kebahagiaan istri dan anaknya. Nah, kalo tujuannya udah tercapai, dalam arti dia sudah mapan, barulah dia mencari tujuan lain. Misalnya poligami...


(Bentar ya, jangan marah duluuuu... ini belum selesai)


Gw: Maksudnya?
Fajar: Maksudnya, karena ukuran sukses dan berhasilnya seorang pria kan dari hartanya. Bisa nggak dia ngasih istri dan anaknya apa yg diperlukan. Begitu itu udah terpenuhi, rasanya dia ingin "membahagiakan" orang lain.
Inang: Ya, rata-rata emang begitu sih...
Fajar: Nggak semua pria kayak gitu, tapi biasanya, it's about power. Berarti kalo dia bisa "berhasil" untuk kedua kalinya, atau ketiga, itu berarti pria itu powerful. Dan di mata sesama pria, dia juga ada di posisi atas, "Wah hebat" kayak gitu. 
Gw: Tapi kenapa juga dia harus ngerasa mau "membahagiakan" orang lain. Tau dari mana istri pertama dan anak-anaknya bahagia kalo dia mau "berbagi"?
Fajar: Nah, itu kan karena pilihan. Kalo emang si istri pertama nggak mau dan udah nggak bahagia, ya udah.
Gw: (memicingkan mata)
Fajar: Nah, pria yang pikirannya beres, biasanya nggak bakal mempersoalkan rumah, mobil atau apapun itu atas nama siapa. Karena kalo seumpama hal kayak gitu terjadi, cerai dan sebagainya, dia nggak peduli. Mau itu rumah diambil. Terserah. Kami nggak ngumpulin barang, itu biasanya cewek.
Gw: Kalo cowok yang ngatur, misalnya rumah nama lo tapi mobil nama gw, itu gimana? 
Fajar: Ah itu mah banci. Kan aturannya udah jelas. Nyari duit buat istri dan anak. 
Gw: Terus kalo udah kagak kaya, eh maen perempuan. Pake poligami, padahal nggak bisa ngasih makan...
Fajar: Itu lebih parah, mau enaknya aja. Kan tujuan utamanya harus tercapai dulu baru bisa liat sana-sini...
Gw: Jadi intinya, kalo pria mapan, "wajar" ya kepikiran mau poligami?
Fajar: Iya. Harus mapan dulu. Tapi bukan berarti setiap pria mapan pingin poligami ya...
Eva: That's what MEN are like. Tapi nggak semua kan ya, pak???
fajar: Iyaaaa... tenang aja...


Gw memang nggak tau apa-apa tentang pernikahan dan sebagainya. Punya teman yang udah pada merid pun nggak jaminan gw punya "bekal" yang cukup buat menghadapinya nanti. Cuma, gw sangat menghargai pendapat. Setidaknya gw bisa tau dari sisi lain. Soal "alasan kenapa pria 'memilih' poligami" mungkin bukan seratus persen akurat, meskipun teman gw menyatakan pendapatnya yang mewakili para pria di luar sana. Logikanya, mana ada wanita yang rela dipoligami, kalau pun ada itu pasti setelah berpikir, bukan "bercita-cita" mengharap hal itu akan terjadi. Lalu soal pria yang memang ingin poligami, bisa jadi alasan pertamanya karena nafsu, tapi sekali lagi, nggak ada yang pernah tau.


Gw dan beberapa teman gw, baik cowok maupun cewek, pernah saling debat. Kaum cewek enyatakan: semua cowok ujung-ujungnya pasti poligami. Ceweknya yang harus "pintar-pintar" menjauhkan hal itu dari cowok. Teman-teman cowok gw bilang: eh sori ya, kami nggak kayak gitu (ada yang sudah nikah dan masih singel) itu sih oknum aja...


Lalu, kalo gw rangkai semuanya, bisa jadi, beberapa temen cowok gw belum matang secara usia, dan belum "mapan". Jadi mungkin kepikiran soal poligami ya... nggak lah! Dan, gw rasa yang namanya hormon cowok, testosteron itu pasti seneng sama kompetisi dan kemenangan. Itu alamiah banget! Mungkin di dalam jiwa para lelaki pasti ada lah saat-saat mereka merasa ingin bisa membahagiakan wanitanya. Dan dengan demikian, mereka merasa "menang" dan "hebat". Makanya, mungkin juga beberapa pria nggak mau wanitanya "lebih", hehehehehe...


Yasud, ini cuma pendapat, nggak penting sih... nggak usah didebatin, nggak masuk tipi juga...


Hit me back, just to check
Surely yours,








Lou